KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini selanjutnya, akan
kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka makalah ini tak akan dapat
kami selesaikan dengan baik. Semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Makassar, 15 November 2018
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bilirubin adalah senyawa
pigmen berwarna kuning yang merupakan produk katabolisme enzimatik biliverdin
reduktase (wikipedia).
Urobilin adalah pigmen alami
dalam urine yang menghasilkan warna kuning. Ketika urine kental, urobilin dapat
membenuk warna orange kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan drajat
oksidasi (kamus kesehatan).
Bilirubin adalah produk
perombakan hemoglobin oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar
diseluruh tubuh. Bilirubin bersifat tidak larut air, kemudiandikonjugasi oleh
hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan dirubah oleh bakteri dalam usus
halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi urobilinogen akan berubah
menjadi urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas pada urine (kiana, 2013).
Pada kondisi normal, urine
tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam urine
mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran
empedu.peningkatan urobilin dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati
atauperombakan hemoglobin yang meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada
saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine (kiana, 2013).
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering
mendengar istilah urine. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan
melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita
sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal
namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita
keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan
nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang
perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine
merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine. Pemeriksaan
pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.
B.
Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui pengertian urobilin dan urobilinogen.
2.
Untuk mengetahui mekanisme
pembentukan urobilin dan urobilinogen
3.
Untuk mengetahui masalah
klinis urobilin dan urobilinogen.
4.
Untuk mengetahui cara
pemeriksaan urobilin dan urobilnogen
C.
Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apakah pengertian urobilin
dan urobilnogen?
2.
Bagaimanakah
,asalah klinis dari urobilin dan urobilnogen?
3.
Bagaimanakah
mekanisme pembentukan urobilin dan urobilnogen?
4.
Bagaimana cara pemeriksaan
urobilin dan urobilnogen?
BAB II
ISI
A.
Pengertian urobilin dan urobilinogen
1.
Urobilin
Urobilin
adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning. Ketika urin
kental, urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-kemerahan yang
intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-kadang menyebabkan
kencing terlihat merah atau berdarah. Banyak tes urin (urinalisis) yang
memantau jumlah urobilin dalam urin karena merupakan zat penting dalam
metabolisme/ produksi urin. Tingkat urobilin dapat memberikan wawasan tentang
efektivitas fungsi saluran kemih.
2.
Urobilinogen .
Urobilinogen
adalah larut dalam air dan transparan produk yang merupakan produk dengan
pengurangan bilirubin dilakukan oleh interstinal bakteri . Hal ini dibentuk
oleh pemecahan hemoglobin. Sementara setengah dari Urobilinogen beredar kembali
ke hati, setengah lainnya diekskresikan melalui feses sebagai urobilin. Ketika
pernah ada kerusakan hati, kelebihan itu akan dibuang keluar melalui ginjal.
Ini siklus ini dikenal sebagai Urobilinogen enterohepatik siklus . Ada dapat
berbagai faktor yang dapat menghambat ini siklus . Salah satu alasan menjadi
gangguan lebih dari hemoglobin (hemolisis) karena malfungsi hati berbagai
seperti hepatitis, sirosis. Ketika ini terjadi, Urobilinogen lebih diproduksi
dan diekskresikan dalam urin.
B.
Mekanisme pembentukan urobilin dan urobilinogen
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal
dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas
dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu
senyawa tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali
dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi
urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen
berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang
berwarna kuning kecoklatan. (Yayan, 2010).
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati
melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira
sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin. Ekskresi urobilinogen ke
dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam
14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada
jam-jam tersebut
C.
Masalah
klinis urobilin dan urobilinogen
Peningkatan ekskresi urobilinogen
dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan
urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar
untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada
: destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik
oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis
infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan
kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Hasil positif juga dapat diperoleh setelah
olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang
yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen urine menurun dijumpai
pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah
empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah,
kolelitiasis, diare yang berat.
D.
Pemeriksaan Urobilin dan urobilinogen
Pemeriksaan urobilin sendiri harus bebas dari
billirubin jadi jika ada bilirubin buang dahulu dengan cara menmbahkan
calsiumhidroxida dalam urin kemudian saringalah dan pakai filtratnya untuk
pemeriksaan urobilin
Prosedur pemeriksaaan urobilin pertama kali kita menyiapkan alat dan bahan seprti tabung reaksi, pipet, gelas ukur dll. Kemudian untuk bahan reagen lugol kita membuatnya dengan resep jodium 1 gram, kaliumjodida 2 gram setelah itu ad aquadest sebanyak 300 ml. Untuk pemuatan reagen schlesinger timbang zink-acetat 10 gram kemudian larutkan dalam alkohol 95% sebanyak 100 ml, kocok kuat-kuat setelh itu simpan dalam botol, dan jika ada sisa reagen yang tidak larut biarkan ikut masukkan dalam botol.
Kemudian masuk dalam proses pemeriksaan, pertama masukkan 5 ml sampel urin kedalam tabung reaksi. Perhatikan ada fluorensi atau tidak, jika ada maka sampel tidak bisa untu pemeriksaan karena akan menjadikan hasil positif palsu. Setelah itu jika tidak ada fluorensi tambahkan 2 – 4 tetes reagen lugol yang sudah disiapkan tadi, homogenkan kemudian biarkan selama 5 menit. Jika waktu sudah cukup tambahakan 5 ml reagen Schlesinger, homogenkan kemudian saring dengan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan dari penyeringan tersebut kemudian amatilah dengan cahaya matahari berpantul dengan latar belakang berwarna hitam.
Gambar ilustrasi :
Prosedur pemeriksaaan urobilin pertama kali kita menyiapkan alat dan bahan seprti tabung reaksi, pipet, gelas ukur dll. Kemudian untuk bahan reagen lugol kita membuatnya dengan resep jodium 1 gram, kaliumjodida 2 gram setelah itu ad aquadest sebanyak 300 ml. Untuk pemuatan reagen schlesinger timbang zink-acetat 10 gram kemudian larutkan dalam alkohol 95% sebanyak 100 ml, kocok kuat-kuat setelh itu simpan dalam botol, dan jika ada sisa reagen yang tidak larut biarkan ikut masukkan dalam botol.
Kemudian masuk dalam proses pemeriksaan, pertama masukkan 5 ml sampel urin kedalam tabung reaksi. Perhatikan ada fluorensi atau tidak, jika ada maka sampel tidak bisa untu pemeriksaan karena akan menjadikan hasil positif palsu. Setelah itu jika tidak ada fluorensi tambahkan 2 – 4 tetes reagen lugol yang sudah disiapkan tadi, homogenkan kemudian biarkan selama 5 menit. Jika waktu sudah cukup tambahakan 5 ml reagen Schlesinger, homogenkan kemudian saring dengan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan dari penyeringan tersebut kemudian amatilah dengan cahaya matahari berpantul dengan latar belakang berwarna hitam.
Gambar ilustrasi :
Pembacaan hasil dilihat ada atau tidaknya fluorensi hijau dengan nilai positif 1 atau positif 2. Pada urin normal akan menjadikan hasil positif 1 (+) dan jika didapatka hasil negatif atau positif 2 (+ +) maka kemungkinan sampel urin dalam keadaan abnormal. Pemeriksaan urobilin sendiri lebih bagus jika bersamaan dengan test urobilinogen dengan catatan sampel urin masih segar. Jika sampel tidak segar maka lakukan pemeriksaan urobilin saja karena untuk pemeriksaan urobuilinogen dihasruskan menggunakan sampel yang masih segar jika tidak ada mengahasilkan negatif palsu..
Pemeriksaan urobilinogen harus menggunakan sampel
urin yang segar karena jika uobilinogen yang terlalu lama terkena udara dan
terkena sinar matahari maka akan dioksidasi menjadi urobilin.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan urobilin. Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin segar atau sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan urobilinogen.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan urobilin. Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin segar atau sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan urobilinogen.
Pemeriksaan urobilinoen sendiri menggunakan reaksi
dengan reagen Ehelich yang kemudian akan merubah sampel urin jika positif
urobinogen maka akan berubah menjadi merah. Perlu diingat juga bahwa
pemeriksaan ini tidak boleh adanya billirubin layaknya pemeriksaan urobilin.
Maka alahkan baiknya billirubin diabuang terlebih dahulu dengan menmbahkan
calciumhidroxsida kemudian kocok dan saringlah. Setelah disarih pakailah
filtrat untuk pemeriksaan urobilinogen.
Prosedur pemeriksaan robilinogen, pertama siapkan
reagen Ehrlich. Cara pembuatan regaen ehrlich yaitu timbanglah
paradimethyamino-benzaldehida 2 gram, tuangkan asam hidroclorida pekat 20 ml
kemudian tambahkan aquadest 80 ml, kemudian simpan pada botol yang berwarna
coklat. Regen sudah di buat kemudian tuang 1 ml regen wallace dan diamond
kedalam tabung reaksi kemudian tambahkan 10 ml sampel urin homogenkan, biarkan
3- 5 menit. Kemudian bacalah hasilnya dengan cara melihat dari atas kebawah
dalam tabung reaksi itu yang didirikan vertikal dan dibawahnya diberi kertas
berwarna putih. Jika warna yang terlihat samar-samar saja maka pemeriksaan
dianggap selesai namun jika warna merah terlihat jelas lanjutkan dengan pengenceran
sampel urin. Dengan cara buatlah deretan pengenceran urin dari 10 kali samapai
100 kali atau lebih tinggi, lihat tabel. Jika sudah melakukan pengenceran maka
ulangi pmeriksaan wallace dan diamond. Kemudian hasil pemeriksaan dilaporkan
dengan menyebutkan pada pengenceran tertinggi yang masih terlihat warna merah
dan juga pengenceran berapakah yang tidak terlihat warna merah lagi. Contoh :
pengenceran 1 : 40 positif, 1: 50 negatif.
Ganbar ilustrasi :
Ganbar ilustrasi :
Catatan penting pembacaan hasil paling lama 5 menit stelah pemeriksaan dilakukan karena jika dibiarka lebih lama warna merah yang ditimbulkan akan semakin jelas dan akan merah maksimal setelah 30 menit. Kemudian untuk sampel urin normal akan mengahislkan hasil positif sampai pengencaran 20 kali dan pengenceran 40 kali negatif. Jika rekasi atau hasil lebih dari 40 kali maka urobilinogen dalam urin postif namun jika dibawah 20 kali maka pekresi urobilinogen dalam urin tidak normal. Untuk yang menjadikan hasil positif palsu dikarenakan beberapak zat yang termasuk golongan derivat indol dibawah ini :
1.
5,6-dihidroxiindol pada melanuria
2.
5-hidroxiindol acetic acid (5HIAA) pada sindroma
carcinoid
3.
Indoxil dan skatoxsil sulfat (indikan)
4.
Porfobilinogen
Selain itu rekasi akan menjadi berwarna hijau jika
adanya zat sulfonamida dan procain. Adanya formalin untuk pengawet juga tidak
dianjurkan karena dapat menghambat rekasi selain itu infeksi yang menbentuk
nitri pada urin juga menjadikan rekasi berwana hijau.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin
dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau
adanya sumbatan pada saluran empedu.peningkatan urobilin dalam urine
menggambarkan adanya kerusakan sel hati atauperombakan hemoglobin yang
meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin tidak
dijumpai dalam urine
B.
Saran
Masyarakat
perlunya aktif memeriksakan penyakit-penyakit seperti trombofilia ini terutama
untuk ibu hamil, diharapkan aktif melakukan pemeriksaan urinaria untuk
mengetahui kelaian
yang ada dalam urine serta mencegah terjadinya penyakit – penyakit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta,1968
Tidak ada komentar:
Posting Komentar