Rabu, 04 September 2019

MAKALAH KIMIA KLINIK 1 Urobilin dan Urobilinogen dalam urine


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka makalah ini tak akan dapat kami selesaikan dengan baik. Semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.


            Makassar, 15 November 2018

Penulis,



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bilirubin adalah senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan produk katabolisme enzimatik biliverdin reduktase (wikipedia).
Urobilin adalah pigmen alami dalam urine yang menghasilkan warna kuning. Ketika urine kental, urobilin dapat membenuk warna orange kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan drajat oksidasi (kamus kesehatan).
Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin oleh  sel-sel retikuloendotel yang tersebar diseluruh tubuh. Bilirubin bersifat tidak larut air, kemudiandikonjugasi oleh hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan dirubah oleh bakteri dalam usus halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi urobilinogen akan berubah menjadi urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas pada urine (kiana, 2013).
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran empedu.peningkatan urobilin dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati atauperombakan hemoglobin yang meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine (kiana, 2013).
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine. Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.
B.     Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian urobilin dan urobilinogen.
2.      Untuk mengetahui mekanisme pembentukan urobilin dan urobilinogen
3.      Untuk mengetahui masalah klinis urobilin dan urobilinogen.
4.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan urobilin dan urobilnogen


C.    Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian urobilin dan urobilnogen?
2.      Bagaimanakah ,asalah klinis dari urobilin dan urobilnogen?
3.      Bagaimanakah mekanisme pembentukan urobilin dan urobilnogen?
4.      Bagaimana cara pemeriksaan urobilin dan urobilnogen?



BAB II
ISI
A.    Pengertian urobilin dan urobilinogen
1.      Urobilin
Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning. Ketika urin kental, urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-kadang menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah. Banyak tes urin (urinalisis) yang memantau jumlah urobilin dalam urin karena merupakan zat penting dalam metabolisme/ produksi urin. Tingkat urobilin dapat memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi saluran kemih.
2.      Urobilinogen .
Urobilinogen adalah larut dalam air dan transparan produk yang merupakan produk dengan pengurangan bilirubin dilakukan oleh interstinal bakteri . Hal ini dibentuk oleh pemecahan hemoglobin. Sementara setengah dari Urobilinogen beredar kembali ke hati, setengah lainnya diekskresikan melalui feses sebagai urobilin. Ketika pernah ada kerusakan hati, kelebihan itu akan dibuang keluar melalui ginjal. Ini siklus ini dikenal sebagai Urobilinogen enterohepatik siklus . Ada dapat berbagai faktor yang dapat menghambat ini siklus . Salah satu alasan menjadi gangguan lebih dari hemoglobin (hemolisis) karena malfungsi hati berbagai seperti hepatitis, sirosis. Ketika ini terjadi, Urobilinogen lebih diproduksi dan diekskresikan dalam urin.
B.     Mekanisme pembentukan urobilin dan urobilinogen
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan. (Yayan, 2010).
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin. Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut

C.    Masalah klinis urobilin dan urobilinogen
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.  Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.

D.    Pemeriksaan Urobilin dan urobilinogen
Pemeriksaan urobilin sendiri harus bebas dari billirubin jadi jika ada bilirubin buang dahulu dengan cara menmbahkan calsiumhidroxida dalam urin kemudian saringalah dan pakai filtratnya untuk pemeriksaan urobilin

Prosedur pemeriksaaan urobilin pertama kali kita menyiapkan alat dan bahan seprti tabung reaksi, pipet, gelas ukur dll. Kemudian untuk bahan reagen lugol kita membuatnya dengan resep jodium 1 gram, kaliumjodida 2 gram setelah itu ad aquadest sebanyak 300 ml. Untuk pemuatan reagen schlesinger timbang zink-acetat 10 gram kemudian larutkan dalam alkohol 95% sebanyak 100 ml, kocok kuat-kuat setelh itu simpan dalam botol, dan jika ada sisa reagen yang tidak larut biarkan ikut masukkan dalam botol.
       Kemudian masuk dalam proses pemeriksaan, pertama masukkan 5 ml sampel urin kedalam tabung reaksi. Perhatikan ada fluorensi atau tidak, jika ada maka sampel tidak bisa untu pemeriksaan karena akan menjadikan hasil positif palsu. Setelah itu jika tidak ada fluorensi tambahkan 2 – 4 tetes reagen lugol yang sudah disiapkan tadi, homogenkan kemudian biarkan selama 5 menit. Jika waktu sudah cukup tambahakan 5 ml reagen Schlesinger, homogenkan kemudian saring dengan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan dari penyeringan tersebut kemudian amatilah dengan cahaya matahari berpantul dengan latar belakang berwarna hitam.

Gambar ilustrasi :

Pembacaan hasil dilihat ada atau tidaknya fluorensi hijau dengan nilai positif 1 atau positif 2. Pada urin normal akan menjadikan hasil positif 1 (+) dan jika didapatka hasil negatif atau positif 2 (+ +) maka kemungkinan sampel urin dalam keadaan abnormal. Pemeriksaan urobilin sendiri lebih bagus jika bersamaan dengan test urobilinogen dengan catatan sampel urin masih segar. Jika sampel tidak segar maka lakukan pemeriksaan urobilin saja karena untuk pemeriksaan urobuilinogen dihasruskan menggunakan sampel yang masih segar jika tidak ada mengahasilkan negatif palsu..

Pemeriksaan urobilinogen harus menggunakan sampel urin yang segar karena jika uobilinogen yang terlalu lama terkena udara dan terkena sinar matahari maka akan dioksidasi menjadi urobilin.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan urobilin. Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin segar atau sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan urobilinogen.
Pemeriksaan urobilinoen sendiri menggunakan reaksi dengan reagen Ehelich yang kemudian akan merubah sampel urin jika positif urobinogen maka akan berubah menjadi merah. Perlu diingat juga bahwa pemeriksaan ini tidak boleh adanya billirubin layaknya pemeriksaan urobilin. Maka alahkan baiknya billirubin diabuang terlebih dahulu dengan menmbahkan calciumhidroxsida kemudian kocok dan saringlah. Setelah disarih pakailah filtrat untuk pemeriksaan urobilinogen.
Prosedur pemeriksaan robilinogen, pertama siapkan reagen Ehrlich. Cara pembuatan regaen ehrlich yaitu timbanglah paradimethyamino-benzaldehida 2 gram, tuangkan asam hidroclorida pekat 20 ml kemudian tambahkan aquadest 80 ml, kemudian simpan pada botol yang berwarna coklat. Regen sudah di buat kemudian tuang 1 ml regen wallace dan diamond kedalam tabung reaksi kemudian tambahkan 10 ml sampel urin homogenkan, biarkan 3- 5 menit. Kemudian bacalah hasilnya dengan cara melihat dari atas kebawah dalam tabung reaksi itu yang didirikan vertikal dan dibawahnya diberi kertas berwarna putih. Jika warna yang terlihat samar-samar saja maka pemeriksaan dianggap selesai namun jika warna merah terlihat jelas lanjutkan dengan pengenceran sampel urin. Dengan cara buatlah deretan pengenceran urin dari 10 kali samapai 100 kali atau lebih tinggi, lihat tabel. Jika sudah melakukan pengenceran maka ulangi pmeriksaan wallace dan diamond. Kemudian hasil pemeriksaan dilaporkan dengan menyebutkan pada pengenceran tertinggi yang masih terlihat warna merah dan juga pengenceran berapakah yang tidak terlihat warna merah lagi. Contoh : pengenceran 1 : 40 positif, 1: 50 negatif.

Ganbar ilustrasi :

Catatan penting pembacaan hasil paling lama 5 menit stelah pemeriksaan dilakukan karena jika dibiarka lebih lama warna merah yang ditimbulkan akan semakin jelas dan akan merah maksimal setelah 30 menit. Kemudian untuk sampel urin normal akan mengahislkan hasil positif sampai pengencaran 20 kali dan pengenceran 40 kali negatif. Jika rekasi atau hasil lebih dari 40 kali maka urobilinogen dalam urin postif namun jika dibawah 20 kali maka pekresi urobilinogen dalam urin tidak normal. Untuk yang menjadikan hasil positif palsu dikarenakan beberapak zat yang termasuk golongan derivat indol dibawah ini :
1.                   5,6-dihidroxiindol pada melanuria
2.                   5-hidroxiindol acetic acid (5HIAA) pada sindroma carcinoid
3.                   Indoxil dan skatoxsil sulfat (indikan)
4.                   Porfobilinogen
Selain itu rekasi akan menjadi berwarna hijau jika adanya zat sulfonamida dan procain. Adanya formalin untuk pengawet juga tidak dianjurkan karena dapat menghambat rekasi selain itu infeksi yang menbentuk nitri pada urin juga menjadikan rekasi berwana hijau.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran empedu.peningkatan urobilin dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati atauperombakan hemoglobin yang meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine
B.     Saran
Masyarakat perlunya aktif memeriksakan penyakit-penyakit seperti trombofilia ini terutama untuk ibu hamil, diharapkan aktif melakukan pemeriksaan urinaria untuk mengetahui kelaian yang ada dalam urine serta mencegah terjadinya penyakit – penyakit lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta,1968

Tidak ada komentar:

Posting Komentar